Top News

Indonesian Blog

Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Setelah Anda membaca tulisan ini, Anda dapat memahami poin-poin berikut ini:

1. Filsafat Ketuhanan dalam Islam.

  • Siapakah Tuhan itu?
  • Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan.
  • Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu.
  • Pembuktian Wujud Tuhan.

2. Keimanan dan Ketakwaan

  • Pengertian Iman
  • Wujud Iman
  • Proses Terbentuknya Iman
  • Tanda Orang Beriman
  • Korelasi Keimanan dan Ketakwaan

3. Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern.

  • Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern.
  • Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern.

Istilah-istilah Penting:

  • Ibadah Mahdhah: ibadah yang sudah ditentukan macam, cara, waktu, dan bacaannya.
  • Spiritualistis Islam: Ciri/kerohanian Islam
  • Karakter Islam: Watak/sifat/tabiat Islam.
  • Pola pikir teologis: pola pikir berkenaan dengan ilmu ke-Tuhanan.
  • Bersifat azali: wujud yang terbentuk secara abadi tanpa adanya permulaan.

Sasaran Pembelajaran:

  1. Menjelaskan perbedaan pandangan Max Muller, Andrew Lang, dan Agama Wahyu tentang monoteisme.
  2. Berpikir dan bersikap sesuai dengan aliran teologis yang dapat menunjang perkembangan IPTEK dan peningkatan etos kerja.
  3. Membuktikan adanya Tuhan melalui kajian ilmiah, sehingga dapat memantapkan iman.
  4. Bersikap dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman
  5. Bersifat dengan benar sesuai dengan prinsip dalam proses pembentukan iman.
  6. Mengimplementasikan iman dengan ibadah dan amal saleh dalam kehidupan sehari-hari.
  7. Menerangkan peranan iman dan takwa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern, sehingga meyakini benar perlunya beriman dan bertakwa.

A. Pendahuluan

Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diridan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.

Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.

Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.

Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.

Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

B. Filsafat Ketuhanan dalam Islam

Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?”

Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:

“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)

Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

  1. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

  • Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

  • Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

  • Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

  • Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

  • Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).

2. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:

a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).

Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu

Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.

Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam:

  1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, “Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.

Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang  ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul, Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.

Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara agama-agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama dengan konsep ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.

2. QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata: “Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhaku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah neraka.

3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.

Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad ayat 19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.

Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut informasi al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar Tuhan adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa menurut al-Quran adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak berasal dari bagian-bagiandan tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-bagian.

Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik menjalani kehidupan.

Pembuktian Wujud Tuhan

1. Metode Pembuktian Ilmiah

Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.

Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasan ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “analogi ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris.

Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanya karena percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.

Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti, karena ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap pengamatan dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti: “Gaya” (force), “Energy”, “alam” (nature), dan “hukum alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu: “Gaya, energi, alam, dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.

Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “iman kepada yang ghaib” dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “penentuan hakikat” terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab itu harus ditempuh bidang lain.

Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang menafsirkan pengamatan tidak kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka tidak dapat mengatakan:  Kenyataan yang diamati adalah satu-satunya “ilmu” dan semua hal yang berada di luar kenyataan bukan ilmu, sebab tidak dapat diamati. Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang ghaib oleh orang mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat diamati. Hal ini tidak berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru merupakan interpretasi yang terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para sarjana.

2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?

3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua termodinamika”  (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.

Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.

Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.

4. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.

Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain “sistem tata surya” kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000 tahun cahaya.

Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut adalah Tuhan.

Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “dalil ikhtira”. Di samping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “dalil inayah”. Dalil ‘inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996:78-80).

Pengertian Iman

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-yu’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat 165  dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul. Hal itu karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Istilah iman dalam al-Qur’an selalu dirangkaikan dengan kata  lain yang memberikan corak dan warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa’:51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/idealisme) dan thaghut (realita/naturalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladziina aamanuu bil baathili. Bhatil berarti tidak benar menurut Allah. Dalam surat lain iman dirangkaikan dengan kata kaafir atau dengan kata Allah. Sementara dalam al-Baqarah: 4, iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan Allah (yu’minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika).

Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai iman haq.  Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.

Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

Proses Terbentuknya Iman

Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Qur’an.

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi kecuali secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu adakalanya cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting dalam kehidupan, yaitu iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan perwujudan nilai-nilai hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.

Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi

Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan “amaliah”, dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk “utuh”, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses (internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai dimensi sosial.

4. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.

5. Prinsip integrasi

Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik kehidupan yang nyata.

Tanda-tanda Orang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

  1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang tidak dia pahami.
  2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun:13).
  3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
  4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
  5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
  6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
  7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
  8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maudadi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:

  1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
  2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
  3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
  4. Senantiasa jujur dan adil
  5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi
  6. Mempunyai pendirian teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
  7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut.
  8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
  9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.

Korelasi Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern

Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-budaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.

Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.

Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu digambarkan oleh Ali Imran: 103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan (idz kuntum a’daa’an), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.

Adopsi modernisme (werternisme), kendatipun  tidak secara total, yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.

Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.

Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Di samping itu masih terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam kehidupan modern.

Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang besar.

Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

Peran Iman dan Takwa dalam Menjawa Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7 .

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS 4 (al-Nisa’):78:

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh

3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan .

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS 11 (Hud):6:

Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud)“.

4. Iman memberikan katentraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah dalam QS 13 (al-Ra’du): 28:

…(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.

Seorang yang beriman tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap qadha’ dan qadar. Dia mengetahui dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa qadha’ dan qadar Allah telah tertulis di dalam al-Kitab.

Qadha’ adalah apa yang dapat dijangkau oleh kemauan dan iradah manusia. Allah telah menciptakan manusia dengan dilengkapi nikmat berupa akal dan perasaan. Melalui akal dan iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam batas iradah yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Di luar batas kemampuan iradah manusia, qadha’ dan qadar Allahlah yang berlaku. Orang-orang yang selalu hidup dalam lingkungan keimanan, hatinya selalu tenang dan pribadinya selalu terang dan mantap. Allah memberi ketenangan dalam jiwanya dan ia selalu mendapat pertolongan dan kemenangan. Inilah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya yang mukmin dan anugerah Allah berupa nur Ilahi ini diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Orang mukmin mengetahui bahwa mati adalah suatu kepastian. Oleh sebab itu ia tidak takut menghadapi kematian, bahkan dia menunggu kematian. Hal ini diyakini sepenuhnya selama hayat dikandung badan. Keberanian selalu mendampingi hati seorang mukmin.

Seorang mukmin yang dalam hidupnya mengalami atau menghadapi masalah, baik materi, kejiwaan, atau kemasyarakatan, mungkin masalah itu terasa berat untuk ditanggulangi. Tetapi dekatnya dengan Allah dan rasa tawakkal atau penyerahan diri yang bulat kepada Allah, serta iman kepada qadha’ dan adar dapat meringankan pengaruh tekanan yang berat. Dalam keadaan yang seperti ini, kalau seorang beriman ditimpa malapetaka, ia akan bersabar dan memohon rahmat kepada yang memiliki segala rahmat. Dengan demikian ketenangan akan meliputi hati mukmin. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan doanya, meneguhkan hatinya, serta memberikan kemenangan (QS. al-Ra’du: 28; al-Fath:4).

Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati menjadi mantap, segala krisis dapat dilalui, keseimbangan hormon tetap mantap, dan keserasian kimiawi tubuh berjalan dengan wajar. Dalam keadaan demikian, segala penderitaan dan tekanan jiwa akan berganti dengan perasaan bahagia dan ketenangan.

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam QS 16 (al-Nahl):97

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh dan baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“.

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS 6 (al-An’am):162:

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam

7. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS 2 (al-Baqarah):5:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung

8. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia  masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.

Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.

Kadang-kadang kepercayaan seseorang seolah-olah tertutupi dan tidak ternyatakan. Namun dalam keadaan tertentu ia muncul dengan tiba-tiba. Misalnya, dalam keadaan gembira ria orang sering melupakan Tuhan, bahkan sebagian orang dengan sombong berani mengatakan : “tidak ada Tuhan“. Namun dalam keadaan kritis, ketika sedang diancam bahaya maut atau sedang berlayar di tengah lautan yang dilanda badai dan topan, orang dengan khusu’ berdo’a memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

  1. Kasus di atas memungkinkan bahwa pada prinsipnya setiap  manusia mengakui adanya Tuhan. Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut?
  2. Diskusikan kasus di atas dengan teman Anda, dalam hubungannya dengan ayat yang menjelaskan bahwa roh manusia sudah meyakini adanya Tuhan, sebelum manusia dilahirkan di muka bumi.

Astronot Rusia, Titov, pernah menceritakan pengalamannya ketika berada di ruang angkasa mengitari bumi dengan pesawat. Ia melihat fenomena-fenomena semesta yang mempesona lagi menakjubkan dan berkata:

…Tapi yang lebih menarik dari semua itu adalah pemandangan bumi yang melayang di ruang angkasa dengan pesawat. Sebuah pemandangan yang tidak akan terlupakan dan tidak mungkin hilang dari bayangan orang yang melihatnya. Ia bagaikan bola yang melayang di ruang angkasa dan tidak ada yang memikulnya. Semua yang di sekitarnya hanyalah ruang kosong.

Aku benar-benar terpaku untuk beberapa saat, lalu seketika muncul pertanyaan pada diri sendiri. Apa gerangan yang membuatnya bertahan melayang di sana…?

Pesawat ruang angkasa yang ditunggangi Titov tidak meluncur dengan sendirinya, tidak mampu merangkai dirinya sendiri, serta tidak sanggup mengadakan perjalanan ruang angkasa tanpa rancangan dan pengendalian para ilmuwan terbaik di bidangnya.

  1. Bagaimana pendapat saudara tentang kasus tersebut dalam hubungan dengan fitrah manusia mempercayai adanya Tuhan yang telah menjadikan bumi dan langit berada pada tempatnya.
  2. Diskusikan kasus di atas dengan teman Anda, bagaimana bumi dan planet-planet lainnya dapat beredar pada orbitnya tanpa benturan satu sama lain.

Tuhan lain atau tuhan tandingan, yang paling populer di zaman modern ialah uang, karena uang termasuk ilah yang paling berkuasa di dunia. Memang telah nyata di dunia, bahwa hampir semua yang ada dalam hidup dapat diperoleh dengan uang, bahkan dalam banyak hal harga diri manusia bisa dibeli dengan uang. Hampir semuanya ada “harga”nya, bisa “dibeli” dengan uang. Manusia tidak malu melakukan apa saja demi untuk mendapatkan uang, padahal malu it salah satu bahagian terpenting dari iman. Banyak orang yang sampai hati menggadaikan negeri dan bangsanya sendiri demi mendapat uang. “Tuhan” yang berbentuk uang sangat banyak menentukan jalan kehidupan manusia.

Tokoh yang sangat populer dalam hal ini dari sejarah kuno, sehingga berulang kali diceritakan dalam al-Qur’an ialah Fir’aun dari Mesir dan Namrud dari Mesopotamia. Fir’aun yang oleh kegagahan dan keberhasilannya dalam menjayakan negeri Mesir semasa Nabi Musa dilahirkan, telah berani menganggap dirinya paling berkuasa. Rakyat, yang pada mulanya terbius oleh kekaguman akan pemimpin hebat ini menerima segala tuntutan Fir’aun. Akhirnya Fir’aun menobatkan dirinya menjadi tuhan, atau maharaja, pembuat dan penentu hukum.

  1. Kasus di atas menunjukkan adanya orang yang menjadikan uang sebagai Tuhan. Bagaimana pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut.
  2. Diskusikan dengan teman anda bahwa pada prinsipnya Fir’aun percaya adanya Tuhan, tetapi karena kejangkitan penyakit yang ditimpakan iblis, maka ia menjadi sombong.

(to be continued…. Sumber: Diktat Agama dari Bpk berinisial YP -diberikan dlm bentuk berkas rahasia tanpa pengarang)

Juli 24, 2008 - Posted by | Islam for Beginner

122 Komentar »

  1. permisi,
    lanjutkan dong.
    untuk bahan presentasi di kampus nih.
    hahahahaha
    terima kasih 🙂

    Komentar oleh au | September 20, 2008 | Balas

    • saya coba lanjutkan..

      Komentar oleh agungsukses | Januari 1, 2010 | Balas

      • apa bedanya konsep ketuhanan dlm islam den kristen

        Komentar oleh ipo | September 10, 2010

      • pertanyaan yang bagus.. anda baca saja. Mudah2an terjawab

        Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011

  2. ngambil mata kuliah AAEI yah? kacian deh lu.. makanya ambil m.kul agama laen yang gampang dapat A..

    Komentar oleh enrico | September 29, 2008 | Balas

    • ehehe.. sy dapat A pak….

      Komentar oleh agungsukses | November 7, 2019 | Balas

  3. ah gag jg.. sy sdh ambil matkul agama..
    Disini sy hanya mencoba utk berdakwah.. ^^

    Komentar oleh agungsukses | September 29, 2008 | Balas

  4. assalamualaikum..
    blh ya mytha jadiin temax sbg diskusi di kmpuzz…
    thx….

    Komentar oleh mytha | November 5, 2008 | Balas

  5. Lanjutkan Lebih Detail lagi.
    Buat bahan Presentasi minggU depaN…

    Komentar oleh DheeViee | Maret 11, 2009 | Balas

    • silakan..ehehe.. telat jwb

      Komentar oleh agungsukses | November 7, 2019 | Balas

  6. assalamu’laikum
    lanjut ke materi teologi dalam iptek dan etos ya,,,
    untuk tugas juga ni,,

    Komentar oleh nurjumiwati | Maret 31, 2009 | Balas

  7. assalamu’alaikum
    tolong lanjutkan ke aliran teologi dalam iptek dan etos ya,, buat tugas ni..
    syukron
    wassalamu’alaikum

    Komentar oleh jumi | Maret 31, 2009 | Balas

  8. om lanjut atyuh….!!!!

    Komentar oleh rigi | April 6, 2009 | Balas

    • jika ada waktu dan saya ingat, saya akan lanjutkan tulisan saya. Terima kasih.

      Komentar oleh agungsukses | April 9, 2009 | Balas

  9. Kog brhnti?btuh ne bwt bhn prsnti bwt minggu dpn.Lnjtn dund. .

    Komentar oleh eep | Agustus 31, 2009 | Balas

  10. wado2…lha kog bLom lengkap ya…
    kurang 2 pokok bahasan lgy ni

    Komentar oleh tie | September 6, 2009 | Balas

  11. terusin dong, buat prsentasi ni..

    Komentar oleh Ilham | September 13, 2009 | Balas

  12. Lanjut dnk bang… Buat bahan presentasi jga.. hehehe

    Komentar oleh tiwiey | September 16, 2009 | Balas

    • Mudah2an sy istiqamah. 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  13. kok pembahasan tentang konsep ketuhanan didalam islam sedikit banget sich?

    masih kurang nich kayaknya

    Komentar oleh Aldilla Kurniawan | Oktober 4, 2009 | Balas

  14. agama itukan dibagi menjadi 2 yaitu samawi dan ardli tolong jelaskan maksudnya?

    Komentar oleh vian | Oktober 8, 2009 | Balas

  15. Kok cuma sampe disitu? Lanjutannya mana? Kalo bisa,secepatnya yach!!!???

    Komentar oleh Ifah | Oktober 9, 2009 | Balas

  16. Waaaahhhh. . . sama persis sama d buku agamaQu.

    Komentar oleh depi | Oktober 11, 2009 | Balas

  17. lanjutin la man…
    buattugas persentasi ne…
    pleeaaseeee!!!!

    Komentar oleh ibnu | Oktober 13, 2009 | Balas

  18. Paz bgt ma materi presentasiq, tp point utamax mlh blm d post

    hiks T_T

    Komentar oleh MARIN | Oktober 13, 2009 | Balas

  19. asslm,,,,
    tolong lanjutkan materinya,,,…
    untuk bahan makalahku…
    terima kasih…

    Komentar oleh Wilda Rizkyarini | Oktober 14, 2009 | Balas

  20. cariin donk bahasan
    tentang peran imtaq dalam kehdpan modern?

    Komentar oleh yus | Oktober 16, 2009 | Balas

  21. itu sangat penting u/ dunia skrng krn di jaman globalisasi sudah banyak aliran sesat yang telah beredar di berbagai belahan dunia

    Komentar oleh fadhly | Oktober 17, 2009 | Balas

  22. saya suka sekali dengan penjelasannya. kalau bisa tolong dibahas lebih banyak dan mendetail lagi y. krna barus sekali ini saya benar-benar bisa memahami dengan baik. biasanya kalau di buku, terlalu bertele-tele dengan bahasa yang terlalu tinggi. meskipun ayatnya sedikit, tapi saya mampu memahami isinya.

    Komentar oleh Wd. Putri Handayani | Oktober 18, 2009 | Balas

    • terima kasih. ctatan: tulisn ini dosen agama yang buat, bukan buatan saya.

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  23. lanjutin donk

    Komentar oleh joe | Oktober 20, 2009 | Balas

  24. bisa di lanjutin gak penjelasan nya alnya penasaran

    Komentar oleh ika | November 3, 2009 | Balas

  25. konsep ketuhanan yang bagai mana yang cocok diterapkan di indonesia

    Komentar oleh dayu | November 10, 2009 | Balas

    • Jika membaca dengan seksama, akan dapat jwabannya

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  26. lanjutkaaan doong .
    ada tugas PAI nihhh huhuhu

    thx udah cukub membantu hehe

    Komentar oleh tika | Desember 17, 2009 | Balas

  27. tolong dong di jelasin tentang kenapa tuhan bikin makhluq yang di cap sebagai ali neraka, kan ia cuma sekali salah n kita banyak banget salanya kok tidak di cap ahli neraka masih di kasih kesempatan taubat terus.

    Komentar oleh abdul wahab | Februari 2, 2010 | Balas

  28. harusnya dilengkapi materinya,
    krn yg namanya internet kan harus memberikan pembahasan materi yang lebih lengkap, bukanx spotong2.
    aku harap ada balasan untuk konsep ketuhanan diatas.

    terima kasih….

    Komentar oleh Nasir | Maret 25, 2010 | Balas

  29. tugas kuliah makin numpuk, mohon tuk dilanjut materinya

    Komentar oleh Idrus | April 14, 2010 | Balas

  30. dilanjut doong masalah konsep ketuhanan dalam islam nya

    Komentar oleh Idrus | April 14, 2010 | Balas

  31. ASSKM…..
    kok kelanjutannya gak ada??
    kalau ada waktu dilanjutkan yach tulisannya..
    biar pembaca gak penasaran

    Komentar oleh etik | April 20, 2010 | Balas

    • ya, akan dilanjutkan.. terima kasih.

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  32. Eh iya ada yang kelupaan,makasih banyak atas informasi/tulisannya..
    assalamualaikum wr.wb

    Komentar oleh etik | April 20, 2010 | Balas

  33. lanjut dong >.< udah 2 tahun menunda nih mas 😀 hehe

    Komentar oleh rizkalicious | April 22, 2010 | Balas

  34. saya ngopi ya, untuk tugas makassiii

    Komentar oleh alfi | September 1, 2010 | Balas

  35. test……….

    Komentar oleh ipo | September 10, 2010 | Balas

    • jgn test2 pak.. tulis saja comment..

      Komentar oleh agungsukses | Juli 24, 2011 | Balas

  36. assalamu’alaikum
    syukron akhi sangat bermanfaat….buat tugas saya…

    Komentar oleh yasmin ayu safitri | September 11, 2010 | Balas

  37. mN LnjtN nYa????????????

    Komentar oleh teysa | September 25, 2010 | Balas

    • santai ya.. mlm ini akan coba saya lanjutkan..

      Komentar oleh agungsukses | Juli 24, 2011 | Balas

  38. eh,,kok isi nya sama dengan buku agama buatan dosen kami iah..????
    lebih lengkap lagi..

    materi “Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika” nya ga pake “to be continued” udah lengkap..”the end”..HAHAHA..!!! 😀

    Komentar oleh pato | Oktober 29, 2010 | Balas

    • emg q ketik dari situ,, mgkin jgn2 sama bukunya… mau q masukin pengarngnya ga tau, krn bkunya hasil fotokopian dari dosen agama..

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

    • mungkin memang sama bukunya… 🙂
      saya dapatnya fotokopian dari dosen jg..
      salam.

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  39. ea nie,, lanjutin dung,, biar tugas akue selesai ..
    hehehe

    Komentar oleh febri | November 1, 2010 | Balas

    • haha.. iya2.. malam ini akan coba sya lanjutkan..

      Komentar oleh agungsukses | Juli 24, 2011 | Balas

  40. lanjutkan

    Komentar oleh tri | November 1, 2010 | Balas

  41. waahh
    afwan
    ampe skrg kok masih belum ada lanjutannya?
    dakwahnya jangan stengah2 donk.. hehe
    but syukron buat infonya ^^

    Komentar oleh eka | November 4, 2010 | Balas

    • iya.. akan coba saya lanjutkan..

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  42. knp gga di lanjut ???
    wat nambah ilmu pengetahuan nih ..

    Komentar oleh Kiki | November 16, 2010 | Balas

    • insya allah akan dilanjut mulai dari skr. Terima kasih mengingatkan.

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  43. ASSALAMUALAIKUM….. TAMBAHKAN KONSEP DMNA DAN WUJUD TUHAN (ALLAH)
    SAYA ORANG ISLAM.,SY MENANYAKAN INI KARENA SAYA INGIN LEBIH TAU TENTANG TUHAN(ALLAH SECRA LOGIKA). KARENA TETANGGA KMR KOSAN SYA ADALAH ORANG YANG MENGAKU ATEIS..

    Komentar oleh AHMAD GHOZALI ALQHATIRI MAJNUN.. | November 30, 2010 | Balas

    • wah,, insya allah akan terjawab dgn tulisan saya berikutnya (sbnrnya tulisan dari diktat kuliah dosen agama saya).. ^^

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

    • Saya hanya bisa membantu sebatas apa yang saya tahu dari sumber yang saya miliki. baca terus kelanjutannya, semoga pertanyaan Anda terjawab.

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

    • ok.. nanti saya coba lanjutkan lg klo ada waktu..

      Komentar oleh agungsukses | Juli 24, 2011 | Balas

  44. dangke……………………….

    Komentar oleh nani | Desember 5, 2010 | Balas

  45. lajutannya dimana liatnya???

    Komentar oleh noviapurnama | Januari 7, 2011 | Balas

    • selalu pantau saja ya.. insya allah saya lanjutkan tiap hari dr sekarang…

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  46. baguss nihh, tp kepotong siih ??buat referansi bahan kuliah niiihh, 😀

    Komentar oleh putriadini | Maret 3, 2011 | Balas

    • terima kasih mengingatkan. Saya coba lanjutkan….

      Komentar oleh agungsukses | Maret 11, 2011 | Balas

  47. ass..
    thx ya pak.,
    penjelasannya ngebantu tugas saya bgt.,

    Komentar oleh tya | Maret 15, 2011 | Balas

  48. makasih infonya!

    Komentar oleh sulham syahid | September 12, 2011 | Balas

  49. wah…lumayan nih buat materi presentasi pelajaran PAI nanti…hahhahahhahaha 🙂

    Komentar oleh Handga Crocodiluz Hidungbelangus Ayee | September 23, 2011 | Balas

  50. lanjutkan gan, untuk presentasi kuliah minggu depan nih …hehehe

    Komentar oleh fitri sakinah | September 28, 2011 | Balas

  51. ass, ..
    thanks nhee bs ngebantu tgs saya. .^_^”

    Komentar oleh e_Lhi (Mey Liem) | Oktober 7, 2011 | Balas

  52. Assalamu’alaikum.
    Sekedar saran, diskusi, berbagi atau apalah artinya. tulisannya cukup bagus, memamg perlu ke-otentikan dalam meng-upload tulisan tersebut. mengenai konsep ke-Tuhanan dalam Islam jelas tidak bisa disamakan dengan konsep ke-Tuhanan kristen, bahkan amat sangat jauh berbeda. Konsep Islam jelas, akurat, dan ada sumber rujukannya. sedangkan konsep ke-Tuhanan dalam kristen sangat absurd dan tentu saya amat sangat yakin tidak ada rujukannya sekalipun dalam injil. para ahli, sarjanawan kristen, pendeta, pastor pernah mengadakan suatu pertemuan khusus, dimana mereka membahas, menelaah, mengkaji satu objek kontroversial yaitu kitab injil umat kristen. lalu di putuskanlah perkara tersebut dengan hati yang tulus dan lapang demi sebuah kebenaran yang hakiki, bahwa injil yang selama ini mereka gunakan sebagai pedoman kitab suci ternyata 82% isinya PALSU artinya injil tersebut bukan berasal dari yesus!!!!. Bayangkan, coba bandingkan dengan Al-Qur’an, Allah SWT menantang manusia dan jin untuk membuat satu surat saja seperti Al-Qur’an, bahkan satu ayat saja!!!! TIDAK ADA YANG MAMPU!!! dari sini saya yakin dan amat sangat yakin ISLAM ADALAH AGAMA BENAR.
    Bicara agama, bukan semata bicara baik atau buruk tetapi bicara BENAR dan SALAH.
    Terima kasih.

    Komentar oleh Abu Fatih | November 23, 2011 | Balas

    • Terima ksh komentarnya. 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  53. Saya mau tanya mas? saya pernah berpikir suatu ketika ada pertanyaan dari saya, saya dulu baru bisa menyebut asma allah setelah umur 5 th pada saat saya belajar mengaji, sebelum itu saya ndak tau asma allah so saya timbul pertanyaan lagi duluan MANA SESEBUTAN (ALLAH) ATAU YANG MENYEBUT tolong dijelaskan.

    Komentar oleh ekabun2 | Januari 14, 2012 | Balas

    • Maaf saya tdk paham maksud Anda, mungkin krn keterbatasan ilmu saya.

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  54. maksih yah membantu bagt untuk bhan refrensi prsentasi saya

    Komentar oleh amethyst lavender | Januari 22, 2012 | Balas

  55. ngebantu tugas kuLiah saiia nih 🙂

    Komentar oleh riska nagsulung ilfilmodeon | Maret 6, 2012 | Balas

    • Ok. Tp jgn hanya copy paste yah, kalau bs ditambahkan jg… 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  56. thx yaa, bsa bt refrensi kul agama..

    Komentar oleh setyo | Maret 11, 2012 | Balas

  57. masih belum ada lanjutannya ya??
    ada tugas tentang ini, harus cari dari berbagai sumber.

    Komentar oleh fakkeehh | Maret 27, 2012 | Balas

    • Belum sempat. Nanti sy coba lanjut kalau ada waktu dan semangat.. 😀

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  58. gmna hukumnya berdakwah tpi sdh jadi mata pencahariannya, apakh tdk menyalahi sunnah rasul

    Komentar oleh safrin | Juni 22, 2012 | Balas

    • Tergantung niat. Allah maha tahu segala isi hati. Dakwah pun perlu biaya, minimal bensin utk transportasi. Wallahu alam..

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  59. bagus sekali isinya izinkan kami apake untuuk materi sanlat hatur nuhun jampang surade anosupiano83@gmail.com

    Komentar oleh ano | Agustus 6, 2012 | Balas

  60. jazakumullahu khairan…. smga mnjadi amal jariyyah…. mnambah pengetahuan…!!!

    Komentar oleh anto | September 27, 2012 | Balas

  61. kurang lengkap

    Komentar oleh indah asri | September 28, 2012 | Balas

    • Nanti saya lengkapi deh.. Insya allah 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  62. assalammu’alaikum wr.wb

    lanjutin lagi dong, agar tambah banyak ilmu dan manfaatnya untuk bagi yang baca, sekalian untuk bhan persentasi aku kuliah:D

    hhahahhahaha

    Komentar oleh Delfii | Oktober 6, 2012 | Balas

    • Insya allah kalau ada waktu dan lg semangat, akan dilanjutkan. 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  63. siiiiiiiiiiiiiiiip banget akhirnya sy dapat juga tugas ku,

    Komentar oleh Puja Islamiyah | November 18, 2012 | Balas

  64. mohon ijin buat referensi makalah… terima kasih 🙂

    Komentar oleh Dwi | Desember 6, 2012 | Balas

    • Ok. Sebarkan saja. Namanya kebaikan harus disebarkan.. 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  65. Bagus banget isinya.
    semoga kita bisa mengamalkannya. amiin

    Komentar oleh dorfleidenschaft | Januari 5, 2013 | Balas

  66. Assalammu’alaikum…ana izin copas yaa buat presentase di kampus…’

    Komentar oleh fandi | Maret 4, 2013 | Balas

    • Ya. Semoga membantu… 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  67. ass thank’s ya pak atas penjelasan tentang agamany, mudah2han dapat hikmah nya, amiiin

    Komentar oleh Richa Oleek | Maret 12, 2013 | Balas

    • Amin jg.. Add fb aku ya: agung soedrajat soepriatno. Terima kasih…

      Komentar oleh agungsukses | Oktober 1, 2013 | Balas

  68. Ass..
    Terima kasih yah,jdi bisa mlengkapi tugas kuliah ni…

    😀 kwkwkwkw..

    Komentar oleh Harisky a. klian | Desember 19, 2013 | Balas

  69. dari 2008 – 2014 belum dilanjutin juga? -_-

    Komentar oleh sayasayasaya | September 10, 2014 | Balas

    • Aduh.. iya maaf ya, msh sibuk kerja. Plg kerja capek jg.. terima ksh telah mengingatkan… 🙂

      Komentar oleh agungsukses | Februari 4, 2015 | Balas

  70. kok sumber literasinya tidak dicantumkan

    Komentar oleh syahril | Februari 13, 2018 | Balas

    • Diktat kuliah agama Dr. Yedi Puryanto

      Komentar oleh agungsukses | Februari 13, 2018 | Balas

  71. minta daftar pustakanya donk

    Komentar oleh miraishoppu | November 12, 2020 | Balas

    • Waduh sy jg nyari bukunya kmn y.. lupa nyimpen

      Komentar oleh agungsukses | November 12, 2020 | Balas


Tinggalkan Balasan ke DheeViee Batalkan balasan